Beranda | Artikel
Menumbuhkan Kebiasaan dan Semangat Untuk Membaca Sejak Dini
Selasa, 27 Oktober 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Menumbuhkan Kebiasaan dan Semangat Untuk Membaca Sejak Dini merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 03 Rabi’ul Awal 1442 H / 20 Oktober 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Menumbuhkan Kebiasaan dan Semangat Untuk Membaca Sejak Dini

Kita sampai pada bab ataupun pasal anak dan penguasaan dasar-dasar keilmuan. Inti dari bab ini adalah menanamkan cinta ilmu dalam diri anak, semangat untuk belajar menuntut ilmu, membiasakannya untuk belajar dan memberikan kepada mereka cara untuk bisa sukses di dalam menuntut ilmu.

Hal ini penting. Dan kita mulai itu dari menumbuhkan kebiasaan dan semangat untuk membaca sejak dini. Bahkan kalau bisa sejak kecil dia diperkenalkan dengan alat-alat ilmu, seperti buku. Sehingga dia akrab dengan benda-benda itu. Dan ini akan memudahkan bagi dirinya nanti ketika dia mulai menempuh jalur ilmu.

Tentunya menuntut ilmu adalah satu kewajiban atas setiap muslim. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

طَلَبَ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim. Dan anak-anak kita harus kita persiapkan untuk mengemban kewajiban ini, menumbuhkan pada diri mereka semangat untuk menuntut ilmu. Dan semenjak kecil sudah kita tanamkan kepada mereka adab-adab penuntut ilmu, kunci sukses di dalam menuntut ilmu.

Misalnya salah satu kunci sukses menuntut ilmu adalah menghormati guru yang menyampaikan ilmu. Sebagian anak kita lihat memang dididik oleh orang tuanya untuk menghormati guru. Dan itu menjadi kunci sukses mereka di dalam menuntut ilmu, itu akan menjadi jalan bagi mereka untuk meraih ilmu.

Ilmu ini sangat penting dalam kehidupan manusia. Seperti kata Al-Imam Asy-Syafi’i:

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

“Barangsiapa yang menginginkan dunia, dia harus berilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat, dia tentunya harus berilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, maka dia juga harus berilmu.”

Begitu pentingnya ilmu, sehingga kaedah yang kita pegang adalah:

العلم قبل القول والعمل

“Ilmu sebelum segala sesuatunya.”

Harus dimulai langkah itu dengan ilmu. Ini harus menjadi satu patokan standar bagi siapa saja dan tentunya bagi anak-anak kita, membiasakan mereka untuk belajar. Maka penting bagi orang tua untuk menumbuhkan minat baca pada diri anak.

Kita tahu bahwa membaca itu adalah jendela ilmu, pintu gerbang ilmu itu adalah membaca. Apabila anak sudah dibiasakan sejak kecil untuk gemar membaca, maka tentunya ini akan memudahkan baginya untuk mencari ilmu. Dari dulu, orang-orang pintar julukannya adalah kutu buku. Itu mengisyaratkan dekatnya dia dengan buku, dekatnya dia dengan kebiasaan membaca.

Maka sekali lagi, para orang tua hendaklah menyediakan sarana-sarana ilmu di rumah. Misalnya perpustakaan mini sebagai taman bacaan, sebagai literasi ataupun perpustakaan bagi keluarga. Sehingga ada bahan untuk membaca. Dan itu (membaca) adalah jalan yang paling mudah untuk meraih ilmu. Tapi bagaimana jika orang tua tidak menyediakan sarana itu dan tidak membiasakan anak-anak mereka untuk membaca?

Dan kita lihat anak yang tidak suka membaca resistensinya untuk menuntut ilmu itu sangat lemah. Artinya dia tidak tahan atau cepat bosan untuk menuntut ilmu. Mungkin dia meninggalkan jalur ilmu itu karena memang tidak dibiasakan sejak kecil untuk membaca. Maka penting karena ketika dia akan menapaki jalan menuntut ilmu, maka dia harus membiasakan ataupun memperbanyak kebiasaan itu, yaitu membaca.

Namun sedikit sekarang ini anak -mungkin ini salah satu hal yang kita prihatinkan juga- yang suka membaca, yang dekat dan akrab dengan buku. Bahkan sekarang ini pengetahuan murid atau santri atau siswa terhadap perpustakaan sangat lemah. Banyak murid-murid, anak-anak didik, santri-santri yang ketika masuk ke maktabah dia bingung. Dia lihat banyak buku dan dia bingung mau membaca buku apa. Dan tidak ada minat  baginya untuk membaca. Maka dia hanya melihat-lihat saja di perpustakaan itu kemudian dia keluar. Jangan tanya apakah dia betah duduk berjam-jam di dalamnya untuk membaca, melihat buku saja mungkin dia sudah pusing. Ini bisa kita lihat.

Boleh kita tes anak itu kalau kita bawa ke mall misalnya, ketika kita lepas kira-kira dia lari ke mana? Apakah dia mencari toko buku atau dia mencari tempat permainan?

Para orang tua mungkin bertanya kepada diri mereka, pernahkah anak-anak tingkatan SMP atau SMA meminta izin kepada orang tua untuk pergi ke perpustakaan daerah atau perpustakaan yang ada di kota tersebut? Atau mungkin banyak anak-anak sekarang yang tidak tahu apa itu perpustakaan.

Dulu ada mata pelajaran masuk dan membaca buku di perpustakaan. Disediakan di sekolah perpustakaan alakadarnya, murid mengambil buku dan membaca pada hari sabtu, kemudian pada hari senin mereka maju ke depan kelas untuk menceritakan buku yang mereka baca.

Sekarang ini, yang lebih memprihatinkan lagi adalah banyak sekolah-sekolah yang tidak punya perpustakaan sama sekali. Kalau dilihat sekolahnya megah, semua sarana-sarana olahraga lengkap, mau lapangan apa saja ada. Bahkan ada yang dilengkapi dengan kolam renang. Ini anak mau jadi atlit atau mau jadi apa? Tapi ketika ditanya apakah ada perpustakaan atau tidak, jawabannya adalah masih direncanakan.

Tidak tahu apakah terpikirkan atau tidak, atau merasa itu tidak penting? Tapi itu aneh. Karena lembaga-lembaga pendidikan di luar sana, library (perpustakaan) itu menjadi tolak ukur maju tidaknya suatu lembaga pendidikan. Dan mereka bangga dengan perpustakaan yang mereka miliki. Kelengkapannya, fasilitasnya, kenyamanannya, dan itu bisa dilihat dari rating orang-orang yang masuk ke perpustakaan itu.

Mungkin sekarang kita lihat mulai dari pendidikan dasar sampai tingkatan universitas. Mahasiswa-mahasiswa hari ini mungkin tahu perpustakaan, tapi tidak ada keinginan dan kehendak untuk mengunjunginya. Paling-paling untuk menyelesaikan tugas akhir saja. Selain itu tidak ada niat untuk datang ke maktabah, padahal di situlah gudangnya ilmu bagi seorang penuntut ilmu.

Kenapa itu bisa terjadi? Karena memang kebiasaan membaca itu tidak dipupuk dari kecil. Sehingga anak-anak pusing ketika membaca buku. Dia lebih tertarik main gadget, dia lebih tertarik baca berita, hal-hal yang tidak penting yang tidak membangun dasar-dasar keilmuannya dan justru memenuhi otaknya dengan syubhat.

Berita itu tidak bisa dipegang kebenarannya, tapi itu yang dimasukkan ke otak anak-anak kita hari ini. Dan itu pengaruhnya luar biasa.

Dan tentunya kita mengharapkan agar anak-anak kita memiliki minat baca yang tinggi, dia tertarik untuk membaca, suka membaca, akrab dengan buku dan mau masuk perpustakaan. Tapi sayangnya banyak sekolah-sekolah yang tidak menyediakannya. Ini juga menjadi koreksi bagi pemangku kebijakan di lembaga-lembaga pendidikan untuk memikirkan hal itu. Ini salah satu mata rantai yang hilang di dalam dunia pendidikan kita disamping pendidikan akhlak.

Ada banyak pesantren sekarang tidak memikirkan kelengkapan maktabahyan. Padahal di situ berkumpul untuk belajar agama. Dimana ilmu-ilmu agama ini sangat bergantung kepada keberadaan maktabah. Dimana-mana universitas-universitas Islam selalu memikirkan kelengkapan perpustakaan yang mereka miliki. Itu khazanah ilmu. Tapi hari ini mungkin para penuntut ilmu memandang sebelah mata yang namanya buku. Sebagian bahkan mengatakan bahwa sudah ada di HP. Padahal buku tidak bisa tergantikan dengan apa-apa yang ada di aplikasi.

Sebagian orang mengatakan bahwa tidak perlu membawa mushaf tapi perlu membawa HP saja untuk menuntut ilmu. Pada kenyataannya orang-orang yang memegang HP itu apakah dia buka aplikasi-aplikasi Shahih Bukhari, Shahih Muslim yang ada di situ?

Ketika dia membuka HP-nya, apa yang dia buka? Banyak godaan di situ. Maka kadang-kadang itu alasan yang tidak bisa dibenarkan bagi seorang penuntut ilmu. Kitab tidak bisa tergantikan. Dan kenyataannya seperti itu.

Bagaimana tips-tips menumbuhkan kebiasaan dan semangat untuk membaca sejak dini? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini..

Download mp3 Kajian Menumbuhkan Kebiasaan dan Semangat Untuk Membaca Sejak Dini

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49297-menumbuhkan-kebiasaan-dan-semangat-untuk-membaca-sejak-dini/